6 September 2018

RESENSI BUKU : Berdirinya Kabupaten Pasangkayu

Oleh : Rahmadi Usman

BUSTAN BASIR MARAS, merupakan salah satu penulis yang lahir di teluk Mandar (Mekkatta-Malunda), Kabupaten Majene. Sebelum “ngungsi” ke Yogyakarta, aktif dalam gerakan social budaya, di Sulawesi Barat (Sulbar). Selama kuliah ia banyak menghabiskan waktunya dalam berbagai organisasi diantaranya Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD), Sanggar Suwung, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Majalah Arena, Teater Eska. Karya-karyanya dipublikasikan diberbagai media massa : Bernas Jogja, Minggu Pagi, Wawasan, Respublika, Info Indonesia, SKH. Mimbar Karya Sulsel, Kompas, Harian Fajar Makassar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka Semarang, Aktual, Info Indonesia, Suara Pembaharuan, Majalah Arena, Majalah Sukma Banjarmasin, Solo Pos, Kuntum, Radar Sulbar, Suara Muhammadiyah, Media-media On-line, dan lain sebagainya.

Dalam buku Tapak-tapak perjuangan berdirinya Mamuju Utara, Bustan Basir Maras menceritakan perjalanan panjang pemekaran sebuah kabupaten, yang dulunya sangat tertinggal. Berawal dari riset kecil-kecilan sebagai tugas sekolah Pascasarjana-Antropologi UGM Yogyakarta, telah mengantarkan penulis tiba di Mamuju Utara.  Penggambaran tentang Mamuju utara yang dulunya dikenal Vova Sanggayu, diceritakan lewat tutur lisan para tokoh yang berjuang dalam pemekaran kabupaten Mamuju Utara. Tokoh yang terlibat dalam Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu (KAPKP) menjadi sentral informasi dalam penulisan buku tersebut.

Mendirikan Kabupaten Mamuju Utara tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kabupaten Mamuju Utara bisa berdiri tegak sebagaimana sebagaimana yang dirasakan oleh masyarakatnya hari ini, justru Karen dibangun diatas genangan keringat ndan pengorbanan multi dimensi para pejuangnya. Baik pengorbanan waktu, tenaga, materi, bahkan nyawa sekalipun.

Dalam buku ini terlebih dahulu menyajikan asal mula Pasangkayu. Konon dalam cerita yang telah melegenda di Pasangkayu, disana tumbuh sepohon Vova (sejenis bakau) yang tinggi yang menjadi titik tertentu bagi nelayan untuk menambatkan perahunya. Asal kata Pasangkayu dari kata “vova dan sanggayu”. Dalam bahasa Kaili, vova berarti sejenis kayu bakau yang tumbuh ditepi pantai atau laut. Sanggayu berarti satu batang atau pohon (sepohon).
Pembentukan Kabupaten Mamuju Utara, ternyata telah bergulir dari generasi ke generasi, dari masa ke masa yang mengalir seperti air, meski tidak deras, namun arahnya jelas menuju sebuah muara perjuangan yang sama sehingga akhirnya baru tercapai lewat gerakan generasi lapis kedua. Bahkan mungkin generasi lapis ketiga. Jadi sesungguhnya tekad ini merupakan bagian dari sejarah panjang perjuangan berdirinya Kabupaten Mamuju Utara, yang awalnya digagas lewat Konferensi BUPAS (Budong-budong-Pasangkayu) dan beberapa peristiwa penting lainnya sebagai embrio pembentukannya. Meskipun sempat terhenti sejenak, namun generasi berikutnya mengulang kembali.

Ide tentang pembentukan Kabupaten juga telah santer dibicarakan oleh penduduk Pasangkayu, baik di jalan-jalan, di pasar-pasar, di dekker-dekker, di masjid-masjid, di pos kamling, di meja makan, di depan TV hingga di kampus-kampus di dalam berbagai diskusi-diskusi ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa.

Pertemuan akbar di pendopo kantor Desa Sarudu yang dihadiri perwakilan dari beberapa desa yakni desa Bambalamotu, Pasangkayu, Karossa, dan sarudu sebagai tuan rumah merupakan pertemuan yang menghasilkan lahirnya Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu yang dikenal dengan KAPKP. Sebagai penggagas dalam pertemuan ini adalah Yaumil RM.

Dalam pertemuan tersebut tidak satupun yang hadir menolak gagasan pembentukan kabupaten Pasangkayu. Sehingga dari pertemuan itu disepakati beberapa orang formatur diantaranya : Ir. Agus Ambo Djiwa sebagai Ketua, Rahmat K. Turusi, S.Sos sebagai Sekretaris dan beberapa anggota diantaranya ; M. Yunus Alsam, A.Ma.Pd, Rahayu Andi Bayu, Drs. Darlis Yunus, Drs. Hamzah Thaebah, Andi Arkam A. Pelang, Umar P, Ishak Ibrahim, SH. Drs Sahruddin, Suardi, Misbar, Drs. Nyoman Suandi, Usman Muchsen, Nurdin.

Pada tahap selanjutnya, KAPKP semakin mempertinggi kantitas dan kualitas pertemuan dengan mematangkan konsep dan perencanaan, untuk meyakinkan masyarakat bahwa perjuangan ini akan sukses. Hal ini pula dilakukan dengan pihak-pihak terkait ditingkat yang lebih tinggi. Khususnya pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] Kabupaten Mamuju.

Seiring kian bergulirnya roda perjuangan pembentukan Kabupaten Mamuju Utara, seolah tanpa mengenal lelah, Ir. Agus Ambo Djiwa kemudian berproses lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi dengn menggunakan bendera KAPKP, berbekal surat rekomendasi dari DPRD sekalipun Bupati Mamuju saat itu tidak menyetujui pembentukan Kabupaten Mamuju Utara. Gerilyapun dilakukan oleh KAPKP dalam mencari dukungan dan berjuang hingga ke Jakarta. Perjuanganpun tidak sia-sia, Kabupaten Mamuju Utara kini menuju gerbang pemekarannya.
Tepat pada tanggal 4 juli 2002 Mamuju Utara ditetapkan oleh tim DPOD sebagai sebuah kabupaten, sebagai pemekaran dari wilayah Kabupaten Mamuju. Sejak hari itu pulalah, sebuah harapan baru terbentang luas dihadapan masyarakat Mamuju Utara dan sekitarnya yang kini lebih dikenal dengan nama Kabupaten Pasangkayu.

Buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara,  yang ditulis oleh Bustan Basir Maras, telah memperkaya dan menambah pengetahuan akan sejarah sebuah daerah. Dengan menggunakan bahasa penuturan yang cukup menarik untuk dibaca karena sederhana dan mudah dicerna oleh berbagai kalangan.
Buku ini menceritakan heroic perjuangan para tokoh pejuang pembentukan Kabupaten Mamuju Utara. Bagaimana dinamika dan masalah dalam perjalanannya merupakan bumbu dan menjadi suplemen tersendiri bagi tim KAPKP, hingga rintangan tidak menjadi akhir dari perjuangan. Perjuangan sesungguhnya pada muara kesuksesan. Upaya yang keras serta kebulatan tekad membangun sebuah daerah otonom menjadi bagian yang terpenting bagi KAPKP.
Penulisan buku ini pula diperkaya dengan bahasa local [daerah setempat] yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca khususnya masyarakat lokal. Meskipun demikian, setelah membaca buku Sejarah Perjuangan Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, didalamnya menceritakan penolakan pembentukan secara internal maupun eksternal dengan jelas pada bagian kelima. Buku karya Bustan Basir Maras inipun akan lebih bertambah menarik apabila penjelasan penolakan baik internal maupun eksternal dijabarkan lebih mendetail, khususnya dukungan dari bupati Mamuju pada saat itu.
Pengarang                  : Bustan Basir Maras
Judul                          : Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara
Tempat Terbit           : Yogyakarta
Penerbit                      : Annora Media Kerjasama dengan Kesbangpol Linmas Matra 
Cetakan                      : Ke-2
Tahun terbit               : 2008
Jumlah halaman        :  xxxiv + 383 Halaman