Pasangkayu, Beritamatra - Wakil Ketua Umum Rumpun Masyarakat Adat Daa Inde Sulawesi Tengah (Sulteng), Demos Parijono dengan nada tegas menyebut bahwa PT. Astra Agro Lestari (AAL) sebagai perusahaan Sawit di Kabupaten Pasangkayu, Sulbar adalah "Kompeni".
Kata-kata itu disampaikan di forum terbuka pertemuan bersama masyarakat adat Daa yang berlangsung di Bantaya (Balai Pertemuan) Dusun Saluraya, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pasangkayu, Sabtu 31 Agustus 2019.
Dikatakan bahwa kehadiran PT Astra Agro Lestari yang bergerak di bidang perkebunan sawit selama ini, tidak ubahnya seperti kompeni yang hanya mengejar keuangtungan semata.
"Dia (PT Astra Agro Lestari) hanya mementingkan keuntungan tanpa peduli dengan masyarakat yang ada disekitannya," katanya.
Demos, mengutarakan bahwa berdasarkan informasi masyarakat. Dulunya rumah ibadah yang ada disekitar perusahaan digusur tanpa berperikamanusiaan.
"Dimana pancasilannya?," tanya Demos.
Menurutnya kehadiran Perusahaan seharusnya mendahulukan kepentingan masyarakat sekitar, baru yang lainnya.
"Undang-undang mengatur tentang CSR yang mewajibkan perusahaan mendahulukan dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang ada di sekitar perusahaan dan itu harus dijalankan," pintahnya.
Mewakili masyarakat ia berharap agar perusahaan dapat mendengar aspirasi masyarakat adat Saluraiya dan mencarikan solusi terbaik guna kelangsungan hidup masyarakat yang kini semakin terjepit.
Demos yang hadir bersama Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) dalam rangka memberi pendampingingan (Advokasi) kepada masyarakat adat Saluraiya, dalam memperjuangkan hak-haknya yang diduga dirampas oleh perusahaan selama ini.
Hadir dalam kesempatan itu Ketua Adat Ngowi Bapak Panggo, Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) Arsan Dg. Patompo, Kepala Dusun Saluraiya Bapak Neso, dan Seluruh Masyarakat Adat Saluraiya
Pertemuan tersebut rencanannya menghadirkan sejumlah pihak diantaranya : Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati Pasangkayu, DPRD Pasangkayu, Polres Pasangkayu dan Pihak Perusahaan. Namun, hingga pukul 11.00 wita jelang acara dimulai undangan yang dimaksud diatas tak kunjung datang. Sehingga masyarkat saluraiya mereasa kecewa.
Menanggapi hal tersebut Ketua Adat Ngowi Bapak Panggo menyebut, peretemuan ini tidak dapat memberi solusi karena pihak-pihak yang terkait tidak ada yang hadir. “kita hanya bisa menyampaikan seruan agar para pihak ini biasa mengembalikan hak-hak kita. Kata Panggo dalam sambutannya.
Senada dengan Panggo, Ije Salah satu tokoh masyarakat adat Saluraiya, juga mengatakan pihaknya mengharapkan perusahaan mengembalikan tanah adat mereka. “Ini adalah tanah leluhur kami dimana orang tua kami telah ditanam disini. Kami tidak akan tinggalkan tempat ini’. Puangkas Ije, disambut riu oleh warga yang hadir.
Sementara itu, Perwakilan Perusahaan yang hadir telambat diwakili Bapak Jhony mengatakan, Perusahan akan memperhatikan masukan dan penyampaian yang sudah disampaikan oleh Tokoh Masyarakat Daa Sulteng.
“Kami berterimakasih atas masukan disampaikan bapak Demos Parijono. Ini akan kami sampaikan kepada manajemen untuk dibahas dalam metting di tingkat pimpinan. Mudah-mudahan kita dapat bersama-sama menemukan jalan keluar dan tetap dalam kondisi yang sejuk”. Jelasnya
No comments:
Post a Comment