Pasangkayu
- Pawai Ta’aruf yang diselenggarakan oleh Kantor Kementrian Agama (Kemenang)
Kabupaten Pasangkayu, menjadi pemendangan tersendiri ketika merayakan tahun
baru Islam yaitu 1 Muharram 1440 H di Pasangkayu, Selasa 11 September 2018.
Bagaimana tidak? Dalam kegiatan tersebut, juga dilibatkan para pelajar di
satuan pendidikan lingkungan Kemenag Pasangkayu.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) DDI
Pasangkayu misalnya, dia adalah salah satu sekolah yang cukup antusias dalam
mengikuti Pawai Ta’aruf tesebut, sehingga tidak heran jika siswa MTs DDI
Pasangkayu, ikut lengkap dengan spanduk bertuliskan “Selamat Tahun Baru
Hijiriah 1 Muharram 1440”.
Kepala MTs DDI Pasangkayu,
Nurhaeni, menilai apa yang dilakukan oleh Kemenag Kabupaten Pasangkayu, adalah
hal yang positif sehingga perlu disupport penuh. “Kami sangat mendukung dan
mensupport kegiatan Pawai Ta’aruf ini dengan mengikutkan santri MTs DDI
Pasangkayu,” kata Nurhaeni, dikutip dari www.infotimur.com.
Nurhaeni, juga menilai bahwa
Pawai Ta’aruf adalah media kampaye untuk menperkenalkan kepada santri bahwa
bukan hanya tahun Masehi yang diperingati dengan euforia, tetapi tahun baru
Hijriah pun perlu peringati. “Apa lagi di pawai ini, kita iku dengan Zikir
Akbar,” terangnya.
Menurutnya sekarang ini ada
banyak yang merayakan pergantian tahun masehi tetapi sangat jarang merayakan
pergantian tahun baru Islam. Makanya dengan Pawai Ta’aruf semua juga bisa ikut
dengan euforia.
Sementara Kepala Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Pasangkayu, Hi. Mustafa Tangngali, menyampaikan ucapan terima
kasih kepada para peserta atas atensi, perhatian dan partisipasi dalam rangka
mengikuti Pawai Ta’aruf.
“Semoga apa yang kita lakukan
ini mendapat berkah dan pahala buat kita semua,” katanya yang ikut diamini oleh
siswa.
Menurutnya Perayaan 1 Muharam
adalah momentum untuk memberikan citra kepada masyarakat bahwa tahun baru
Hijria tetap diperingati bukan hanya tahun baru Masehi saja, karena 1 Muharram
telah memberikan inspirasi dengan perjalanan Rasulullah SAW berhijrah dari
Mekka ke Madina.
“Kata hijrah merupakan kata
intropeksi diri, bahwa apa yang dilakukan pada 1439 ada nilai-nilai positif
tetap dilanjutkan dan ditingkatkan, kalau ada hal negatif yang dilakukan pada
kemarin, maka di tahun 1440 harus ditinggalkan,” tandasnya. (*it/bm)