16 September 2018

Berkunjung ke Purnama Baru, Puskesmas Bambalamotu Bagikan Pakaian Layak Pakai


PASANGKAYU - Selain fokus pada pelayanan kesehatan Puskesmas Bambalamotu, juga tidak luput dari pelayanan sosial. Hal tersebut terbukti, ketika Puskesmas Bamblamotu, melakukan pembagian pakaian layak pakai kepada masyarakat kurang mampu di Dusun Purnama Baru Desa Kalola, Kecamatan Bambalamotu, belum lama ini.

Menurut Kepala Puskesmas Bambalamotu, Hasna Inayah, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengunggah kesadaran para pegawai puskesmas agar peduli dengan sesama. "Ini juga adalah inovasi Puskesmas Bambalamotu yang disebut Puskesmas Bambalamotu Berbagi," jelasnya.
Dalam kegiatan itu, Puskesmas Bambalamotu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasangkayu, dan pemerintah Desa Kalola, sehingga tidak heran jika dalam pakaian layak pakai itu, pembagiaanya dilakukan secara simbolis oleh Kadis Kesehatan Pasangkayu, Ridho Tammangalle.
"Kami berharap agar kegiatan ini terus berlanjut sehingga akan lebih banyak saudara-saudara kita yang terbantukan khususnya saudara kita yang membutuhkan," harapnya.
Ditegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Puskesmas Bambalamotu ada sebuah terobosan dalam upaya pendekatan yang dilakukan agar intervensi kesehatan lebih mudah dilakukan dikarenakan masyarakat sudah mulai dekat dengan puskesmas.
"Semoga hal baik ini dapat diterapkan yang lain karena untuk mencapai hal yang besar kita harus memulai dari hal yang sederhana," tandasnya. (bm)

13 September 2018

Dianggap Sukses, Festival Kayumaloa Jadi Agenda Rutin

Pasangkayu - Usai pelaksana Festival Kayumaloa digelar, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Pasangkayu, langsung melakukan evaluasi secara menyeluruh. Hasilnya event budaya pertama digelar itu, dinggap sukses karena mampu menunjang pertumbuhan ekonomi lokal.
Hal itulah yang diutara oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Pasangkayu, Firman, S.Pi., MP saat memimpin rapat koordinasi di ruang kerjanya kantor Bupati Pasangkayu beberapa waktu lalu.
Firman, menilai bahwa Festival Kayumaloa yang berlangsung di pantai Koa-koa Desa Polewali Kecamatan Bambalamotu, 8 hingga 9 September 2018, mampu menyedot perhatian publik baik wisatawan lokal maupun dari luar daerah. Olehnya itu, Festival Kayumaloa akan programkan menjadi agenda tahunan.
"Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, tentu pemerintah akan mendukung penuh dan ini (festival kayumaloa) akan menjadi agenda tahunan," katanya. 
Mantan Kepala Bappeda Litbang Pasangkayu itu, antusiasme masyarakat dalam pengembangan wisata bahari tentunya akan berdampak positif pada perkembangan ekonomi lokal.
"Dan itulah yang kita inginkan bagaimana perkembangan ekonomi lokal itu bisa berjalan. Dan kita juga berharap tidak hanya di Desa Polewali saja, mungkin di tempat lain juga ada yang bisa kita lakukan," imbuhnya.
Selanjutnya, kata Firman, Festival Kayumaloa, juga mampu membangun destinasi wisata, yang tentunya masyarakat bisa lebih mengenal lebih jauh masalah budaya dan ciri khas yang dimiliki daerah itu sendiri.
"Olehnya itu saya berharap ke seluruh pihak, agar ini bisa menjadi prioritas dalam tiap tahunnya. Tinggal ke depannya bagaimana kegiatan ini dikemas dengan baik agar tidak hanya wisatan lokal yang hadir, melain juga ada wisatawan manca negara," tegasnya. (bm)

12 September 2018

Tahun Baru Islam, Ini Dilakukan Siswa MTs DDI Pasangkayu


Pasangkayu - Pawai Ta’aruf yang diselenggarakan oleh Kantor Kementrian Agama (Kemenang) Kabupaten Pasangkayu, menjadi pemendangan tersendiri ketika merayakan tahun baru Islam yaitu 1 Muharram 1440 H di Pasangkayu, Selasa 11 September 2018. Bagaimana tidak? Dalam kegiatan tersebut, juga dilibatkan para pelajar di satuan pendidikan lingkungan Kemenag Pasangkayu.

Madrasah Tsanawiyah (MTs) DDI Pasangkayu misalnya, dia adalah salah satu sekolah yang cukup antusias dalam mengikuti Pawai Ta’aruf tesebut, sehingga tidak heran jika siswa MTs DDI Pasangkayu, ikut lengkap dengan spanduk bertuliskan “Selamat Tahun Baru Hijiriah 1 Muharram 1440”.
Kepala MTs DDI Pasangkayu, Nurhaeni, menilai apa yang dilakukan oleh Kemenag Kabupaten Pasangkayu, adalah hal yang positif sehingga perlu disupport penuh. “Kami sangat mendukung dan mensupport kegiatan Pawai Ta’aruf ini dengan mengikutkan santri MTs DDI Pasangkayu,” kata Nurhaeni, dikutip dari www.infotimur.com.
Nurhaeni, juga menilai bahwa Pawai Ta’aruf adalah media kampaye untuk menperkenalkan kepada santri bahwa bukan hanya tahun Masehi yang diperingati dengan euforia, tetapi tahun baru Hijriah pun perlu peringati. “Apa lagi di pawai ini, kita iku dengan Zikir Akbar,” terangnya.
Menurutnya sekarang ini ada banyak yang merayakan pergantian tahun masehi tetapi sangat jarang merayakan pergantian tahun baru Islam. Makanya dengan Pawai Ta’aruf semua juga bisa ikut dengan euforia.
Sementara Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Pasangkayu, Hi. Mustafa Tangngali, menyampaikan ucapan terima kasih kepada para peserta atas atensi, perhatian dan partisipasi dalam rangka mengikuti Pawai Ta’aruf.
“Semoga apa yang kita lakukan ini mendapat berkah dan pahala buat kita semua,” katanya yang ikut diamini oleh siswa.
Menurutnya Perayaan 1 Muharam adalah momentum untuk memberikan citra kepada masyarakat bahwa tahun baru Hijria tetap diperingati bukan hanya tahun baru Masehi saja, karena 1 Muharram telah memberikan inspirasi dengan perjalanan Rasulullah SAW berhijrah dari Mekka ke Madina.
“Kata hijrah merupakan kata intropeksi diri, bahwa apa yang dilakukan pada 1439 ada nilai-nilai positif tetap dilanjutkan dan ditingkatkan, kalau ada hal negatif yang dilakukan pada kemarin, maka di tahun 1440 harus ditinggalkan,” tandasnya. (*it/bm)

9 September 2018

Ternyata Katinting Sempurna sudah Empat Kali Juara


PASANGKAYU, Beritamatra – Kesuksesan Katinting Sempurna meraih juara satu di ajang Katinting Race Festival Budaya Pantai Kayumaloa 2018, adalah hal yang membanggakan bagi nelayan tradisonal Tanjung Babia Kelurahan Pasangkayu.

Selain mencatatkan sejarah menjadi yang pertama meraih gelar juara di event pertama kali digelar di Desa Polewali Keecamatan Bambalamotu itu, kemenangan Sempurna yang dijoki oleh Borahima, adalah kemenangan kali kempat disetiap ajang lomba Katinting.
Katinting yang dibina langsung oleh Kasat Intel Polres Matra, IPTU Rahmatullah itu, sebelumnya juga pernah memenangi lomba balap katinting sebanyak dua kali di Marambeau, dan satunya lagi pada lomba balap katinting yang digelar di Tanjung Babia.
“Kami bangga bisa menang. Seingat saya ini adalah kemenangan ke empat dengan perahu yang sama,” kata Borahima, kepada wartawan, Minggu 9 September 2018.
Disampaikan bahwa sebelum mengikuti lomba di Festival Kayumaloa, sebelumnya juga sudah dilakukan persiapan khusus, seperti melakukan pengecekan kondisi katinting dan kondisi mesin.
“Kami juga biasa tes-tes lintasan di Tanjung Babia, dan hasilnya kita bisa menang di sini (di pantai koa-koa). Kita berharap juga bisa menang di mamuju nanti,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, bahwa katinting Sempurna juga akan mengikuti even besar lomba katinting yang akan berlangsung di Kota Mamju dalam beberapa waktu ke depan.
“Kita ikut lomba ini juga adalah persiapan pemanasan untuk ikut pada lomba di mamuju nanti. Makanya kami sangat berterima kasih kepada Kasat Intel Polres Matra yang menjadi manager kami dalam setiap mengikuti lomba,” jelasnya.
Ditambahkan bahwa selama dalam putaran final di lintasan pantai koa-koa kayumaloa, dia tidak pernah keluar dari posisi terdepan. “Jadi sejak start saya sudah di depan sampai selesainya pertandingan. Kami senang dan bangga bisa juara,” pungkasnya. (bm)  


Tercepat, Katinting Sempurna Keluar sebagai Pemenang


PASANGKAYU, Beritamatra – Katinting yang diberi nama Sempurna, patut diwaspadai disetiap ajang Lomba Katinting Race di Kabupaten Pasangkayu. Pasalnya katinting asal Tanjung Babia Kelurahan Pasangkayu itu, baru saja sukses mencatatkan sejarah menjadi yang terbaik pada Lomba Katinting Race Festival Kayumaloa 2018, yang berlangsung di pantai Koa-koa Kayumaloa, Desa Polewali Kecamatan Bambalamotu, Minggu 9 September 2018.


Tampil di final, Katinting Sempurna, yang dijoki tunggal oleh Borahima itu, memastikan gelar juara setelah menjadi yang tercepat setelah finish dengan catatan limit waktu, 00.08.02 detik.
Katinting Cinta Arafah, yang dijoki oleh Sidar, dipaksa harus puas finish diurutan kedua dengan catatan limit waktu, 00.12.30 detik. Sementara finish diurutan ketiga diraih oleh katinting Kaneko III, yang dijoki oleh Awal, dengan catatan limit waktu 00.17.23 detik.
Sementara katinting Ratu Pantai, yang dijoki oleh Kasman, harus pasrah dengan posisi paling buncit dengan catatan limit waktu 00.19.40 detik. Meski diurutan terakhir, katinting Ratu Pantai sempat mendapat sorakan dukungan dari sejumlah warga yang menyaksikan lomba dari bibir pantai itu.
Berdasarkan hasil lomba ini, Borahima dengan katinting Sempurna miliknya digancar dengan bonus hadiah sebesar 5 juta rupiah. Disusul juara kedua, dengan bonus 3 juta rupiah, juara ketiga 2 juta rupiah dan juara keempat 1 juta rupiah.
Hal yang spesial pada lomba Katinting Race pertama kali Kayumaloa ini, disaksikan langsung oleh Bupati Pasangkayu, H Agus Ambo Djiwa. (bm)

8 September 2018

Bupati Apresiasi Pelaksanaan Festival Kayumaloa


PASANGKAYU, Metrosulawesi – Bupati Pasangkayu, H Agus Ambo Djiwa, mengapresiasi atas terselenggaranya Festival Pantai Kayumaloa, Desa Polewali Kecamatan Bambalamotu, Sabtu 8 September 2018.

Menurutnya festival yang baru pertama kali digelar di Kayumaloa itu, tentunya akan menjadi ajang promosi budaya dan wisata Pasangkayu. Sehingga diharapkan kepada instansi terkait agar festival tersebut, dimasukkan dalam kalender ajang tahunan.
“Ini harus diperhatikan, saya berharap pelaksanaan berikutnya bisa lebih meriah lagi,” katanya saat membuka secara resmi Festival Kayumaloa.
Olehnya itu, kata bupati, partisipasi disemua sektor amat dibutuhkan sehingga sinergitas antara Pemkab dan Pemerintah Desa untuk menyukseskan kegiatan-kegiatan semacam itu dapat lebih digairahkan lagi.
“Pemerintah desa dan pemkab kita harapkan terus menjalin komunikasi yang baik, karena kita tahu kegiatan festival ini tentunya apat mendongkrak peningkatan ekonomi kerakyatan,” imbuhnya.
Disisi lain, kedatangan bupati diacara tersebut, juga dibuat meriah dengan adanya penyambutan Rebana (musik tradisional asli mandar) dan Sayyang Pattu’du’ (kuda menari) yang sering dilakukan ketika acara besar di tanah malaqbi Provinsi Sulbar.
Dalam fetival ini, juga diselenggarakan Lomba Gerobak Sapi (Gerobak Race) danlomba perahu Katinting (Katinting Race). Tidak main-main panitia menyiapkan total Rp. 31 juta.
“Total peserta yang terdaftar yakni untuk Gerobak Race sebanyak 35 orang dan Katinting Race sebanyak 27 orang,” kata salah seorang panitia. (b1).

Warnai Hari Jadi Astra, PT Letawa Melakukan Penanaman Mangrove di Lariang


PASANGKAYU,Beritamatra - Menyambut jadi ASTRA ke-30 tahun, PT Letawa melakukan penanaman mangrove di pesisir pantai Desa Lariang Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) akhir pekan kemarin.

Tidak sendirian, satu anak perusahan ASTRA Group yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit ini, mengajak warga dan karyawan dan para pelajar melakukan penanaman bibit mangrove yang berlangsung sehari itu.
Penanaman yang kesekian kalinya ini, bertujuan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan, terutama dibagian pesisir pantai, sehingga diharapkan dengan adanya penanaman tersebut, bisa mengurangi abrasi pantai di wilayah pesisir pantai lariang itu.
Camat Tikke Raya, Darwin ST, mengungkapkan dengan adanya penanaman yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT Letawa bida berdampak positif mengurangi abrasi yang selama ini meresahkan warga sekitar.
“Dengan adanya penanaman mangrove kiranya bisa menjaga  kelestraian alam, utamanya binatang burung langka agar bisa berkembang diareal pohon mangrove,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Area Operasional  PT Letawa, Terpisah Djoko M Latief, terkait adanya penanaman ini, semata-mata untuk berperan akti dalam menjaga lingkungan.
“Ini adalah bagian peran kami untuk menhaga lingkungan, yang secara kebetulan kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari jadi Astra ke 30 tahun ini,” singkatnya.
Diketahui di HUT kali ini, Astra Group mengusung tema “ Bakti Untuk Negeri” . selain penanaman Astra juga membagikan paket buku kepada warga dan pemberian pelayanan kesehatan. “Semoga apa yang kami lakukan ini bisa bermanfaat kepada masyarakat,” pungkasnya. (b1)

Festival Koa-koa Kayumaloa


Laporan khusus
DARMAWAN 
Kontributor TVRI Sulbar 

6 September 2018

RESENSI BUKU : Berdirinya Kabupaten Pasangkayu

Oleh : Rahmadi Usman

BUSTAN BASIR MARAS, merupakan salah satu penulis yang lahir di teluk Mandar (Mekkatta-Malunda), Kabupaten Majene. Sebelum “ngungsi” ke Yogyakarta, aktif dalam gerakan social budaya, di Sulawesi Barat (Sulbar). Selama kuliah ia banyak menghabiskan waktunya dalam berbagai organisasi diantaranya Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD), Sanggar Suwung, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Majalah Arena, Teater Eska. Karya-karyanya dipublikasikan diberbagai media massa : Bernas Jogja, Minggu Pagi, Wawasan, Respublika, Info Indonesia, SKH. Mimbar Karya Sulsel, Kompas, Harian Fajar Makassar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka Semarang, Aktual, Info Indonesia, Suara Pembaharuan, Majalah Arena, Majalah Sukma Banjarmasin, Solo Pos, Kuntum, Radar Sulbar, Suara Muhammadiyah, Media-media On-line, dan lain sebagainya.

Dalam buku Tapak-tapak perjuangan berdirinya Mamuju Utara, Bustan Basir Maras menceritakan perjalanan panjang pemekaran sebuah kabupaten, yang dulunya sangat tertinggal. Berawal dari riset kecil-kecilan sebagai tugas sekolah Pascasarjana-Antropologi UGM Yogyakarta, telah mengantarkan penulis tiba di Mamuju Utara.  Penggambaran tentang Mamuju utara yang dulunya dikenal Vova Sanggayu, diceritakan lewat tutur lisan para tokoh yang berjuang dalam pemekaran kabupaten Mamuju Utara. Tokoh yang terlibat dalam Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu (KAPKP) menjadi sentral informasi dalam penulisan buku tersebut.

Mendirikan Kabupaten Mamuju Utara tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kabupaten Mamuju Utara bisa berdiri tegak sebagaimana sebagaimana yang dirasakan oleh masyarakatnya hari ini, justru Karen dibangun diatas genangan keringat ndan pengorbanan multi dimensi para pejuangnya. Baik pengorbanan waktu, tenaga, materi, bahkan nyawa sekalipun.

Dalam buku ini terlebih dahulu menyajikan asal mula Pasangkayu. Konon dalam cerita yang telah melegenda di Pasangkayu, disana tumbuh sepohon Vova (sejenis bakau) yang tinggi yang menjadi titik tertentu bagi nelayan untuk menambatkan perahunya. Asal kata Pasangkayu dari kata “vova dan sanggayu”. Dalam bahasa Kaili, vova berarti sejenis kayu bakau yang tumbuh ditepi pantai atau laut. Sanggayu berarti satu batang atau pohon (sepohon).
Pembentukan Kabupaten Mamuju Utara, ternyata telah bergulir dari generasi ke generasi, dari masa ke masa yang mengalir seperti air, meski tidak deras, namun arahnya jelas menuju sebuah muara perjuangan yang sama sehingga akhirnya baru tercapai lewat gerakan generasi lapis kedua. Bahkan mungkin generasi lapis ketiga. Jadi sesungguhnya tekad ini merupakan bagian dari sejarah panjang perjuangan berdirinya Kabupaten Mamuju Utara, yang awalnya digagas lewat Konferensi BUPAS (Budong-budong-Pasangkayu) dan beberapa peristiwa penting lainnya sebagai embrio pembentukannya. Meskipun sempat terhenti sejenak, namun generasi berikutnya mengulang kembali.

Ide tentang pembentukan Kabupaten juga telah santer dibicarakan oleh penduduk Pasangkayu, baik di jalan-jalan, di pasar-pasar, di dekker-dekker, di masjid-masjid, di pos kamling, di meja makan, di depan TV hingga di kampus-kampus di dalam berbagai diskusi-diskusi ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa.

Pertemuan akbar di pendopo kantor Desa Sarudu yang dihadiri perwakilan dari beberapa desa yakni desa Bambalamotu, Pasangkayu, Karossa, dan sarudu sebagai tuan rumah merupakan pertemuan yang menghasilkan lahirnya Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu yang dikenal dengan KAPKP. Sebagai penggagas dalam pertemuan ini adalah Yaumil RM.

Dalam pertemuan tersebut tidak satupun yang hadir menolak gagasan pembentukan kabupaten Pasangkayu. Sehingga dari pertemuan itu disepakati beberapa orang formatur diantaranya : Ir. Agus Ambo Djiwa sebagai Ketua, Rahmat K. Turusi, S.Sos sebagai Sekretaris dan beberapa anggota diantaranya ; M. Yunus Alsam, A.Ma.Pd, Rahayu Andi Bayu, Drs. Darlis Yunus, Drs. Hamzah Thaebah, Andi Arkam A. Pelang, Umar P, Ishak Ibrahim, SH. Drs Sahruddin, Suardi, Misbar, Drs. Nyoman Suandi, Usman Muchsen, Nurdin.

Pada tahap selanjutnya, KAPKP semakin mempertinggi kantitas dan kualitas pertemuan dengan mematangkan konsep dan perencanaan, untuk meyakinkan masyarakat bahwa perjuangan ini akan sukses. Hal ini pula dilakukan dengan pihak-pihak terkait ditingkat yang lebih tinggi. Khususnya pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] Kabupaten Mamuju.

Seiring kian bergulirnya roda perjuangan pembentukan Kabupaten Mamuju Utara, seolah tanpa mengenal lelah, Ir. Agus Ambo Djiwa kemudian berproses lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi dengn menggunakan bendera KAPKP, berbekal surat rekomendasi dari DPRD sekalipun Bupati Mamuju saat itu tidak menyetujui pembentukan Kabupaten Mamuju Utara. Gerilyapun dilakukan oleh KAPKP dalam mencari dukungan dan berjuang hingga ke Jakarta. Perjuanganpun tidak sia-sia, Kabupaten Mamuju Utara kini menuju gerbang pemekarannya.
Tepat pada tanggal 4 juli 2002 Mamuju Utara ditetapkan oleh tim DPOD sebagai sebuah kabupaten, sebagai pemekaran dari wilayah Kabupaten Mamuju. Sejak hari itu pulalah, sebuah harapan baru terbentang luas dihadapan masyarakat Mamuju Utara dan sekitarnya yang kini lebih dikenal dengan nama Kabupaten Pasangkayu.

Buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara,  yang ditulis oleh Bustan Basir Maras, telah memperkaya dan menambah pengetahuan akan sejarah sebuah daerah. Dengan menggunakan bahasa penuturan yang cukup menarik untuk dibaca karena sederhana dan mudah dicerna oleh berbagai kalangan.
Buku ini menceritakan heroic perjuangan para tokoh pejuang pembentukan Kabupaten Mamuju Utara. Bagaimana dinamika dan masalah dalam perjalanannya merupakan bumbu dan menjadi suplemen tersendiri bagi tim KAPKP, hingga rintangan tidak menjadi akhir dari perjuangan. Perjuangan sesungguhnya pada muara kesuksesan. Upaya yang keras serta kebulatan tekad membangun sebuah daerah otonom menjadi bagian yang terpenting bagi KAPKP.
Penulisan buku ini pula diperkaya dengan bahasa local [daerah setempat] yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca khususnya masyarakat lokal. Meskipun demikian, setelah membaca buku Sejarah Perjuangan Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat, didalamnya menceritakan penolakan pembentukan secara internal maupun eksternal dengan jelas pada bagian kelima. Buku karya Bustan Basir Maras inipun akan lebih bertambah menarik apabila penjelasan penolakan baik internal maupun eksternal dijabarkan lebih mendetail, khususnya dukungan dari bupati Mamuju pada saat itu.
Pengarang                  : Bustan Basir Maras
Judul                          : Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara
Tempat Terbit           : Yogyakarta
Penerbit                      : Annora Media Kerjasama dengan Kesbangpol Linmas Matra 
Cetakan                      : Ke-2
Tahun terbit               : 2008
Jumlah halaman        :  xxxiv + 383 Halaman




4 September 2018

Tiga Warga Pasangkayu Terkena Penyakit DBD

Berikut Laporan Darmawan Kontributor TVRI Sulbar