Oleh : Rahmadi Usman
BUSTAN BASIR MARAS, merupakan salah satu penulis yang lahir
di teluk Mandar (Mekkatta-Malunda), Kabupaten Majene. Sebelum “ngungsi” ke
Yogyakarta, aktif dalam gerakan social budaya, di Sulawesi Barat (Sulbar).
Selama kuliah ia banyak menghabiskan waktunya dalam berbagai organisasi
diantaranya Keluarga Mahasiswa Pecinta
Demokrasi (KMPD), Sanggar Suwung, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Majalah
Arena, Teater Eska. Karya-karyanya dipublikasikan diberbagai media massa :
Bernas Jogja, Minggu Pagi, Wawasan, Respublika, Info Indonesia, SKH. Mimbar
Karya Sulsel, Kompas, Harian Fajar Makassar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka
Semarang, Aktual, Info Indonesia, Suara Pembaharuan, Majalah Arena, Majalah
Sukma Banjarmasin, Solo Pos, Kuntum, Radar Sulbar, Suara Muhammadiyah,
Media-media On-line, dan lain sebagainya.
Dalam buku Tapak-tapak perjuangan berdirinya Mamuju Utara, Bustan Basir
Maras menceritakan perjalanan panjang pemekaran sebuah kabupaten, yang dulunya
sangat tertinggal. Berawal dari riset kecil-kecilan sebagai tugas sekolah
Pascasarjana-Antropologi UGM Yogyakarta, telah mengantarkan penulis tiba di
Mamuju Utara. Penggambaran tentang
Mamuju utara yang dulunya dikenal Vova Sanggayu, diceritakan lewat tutur lisan
para tokoh yang berjuang dalam pemekaran kabupaten Mamuju Utara. Tokoh yang
terlibat dalam Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu (KAPKP) menjadi
sentral informasi dalam penulisan buku tersebut.
Mendirikan Kabupaten Mamuju Utara tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Kabupaten Mamuju Utara bisa berdiri tegak sebagaimana sebagaimana yang
dirasakan oleh masyarakatnya hari ini, justru Karen dibangun diatas genangan
keringat ndan pengorbanan multi dimensi para pejuangnya. Baik pengorbanan
waktu, tenaga, materi, bahkan nyawa sekalipun.
Dalam buku ini terlebih dahulu menyajikan asal mula Pasangkayu. Konon
dalam cerita yang telah melegenda di Pasangkayu, disana tumbuh sepohon Vova (sejenis bakau) yang tinggi yang
menjadi titik tertentu bagi nelayan untuk menambatkan perahunya. Asal kata
Pasangkayu dari kata “vova dan sanggayu”.
Dalam bahasa Kaili, vova berarti
sejenis kayu bakau yang tumbuh ditepi pantai atau laut. Sanggayu berarti satu
batang atau pohon (sepohon).
Pembentukan Kabupaten Mamuju Utara, ternyata telah bergulir dari
generasi ke generasi, dari masa ke masa yang mengalir seperti air, meski tidak
deras, namun arahnya jelas menuju sebuah muara perjuangan yang sama sehingga
akhirnya baru tercapai lewat gerakan generasi lapis kedua. Bahkan mungkin
generasi lapis ketiga. Jadi sesungguhnya tekad ini merupakan bagian dari
sejarah panjang perjuangan berdirinya Kabupaten Mamuju Utara, yang awalnya
digagas lewat Konferensi BUPAS (Budong-budong-Pasangkayu) dan beberapa
peristiwa penting lainnya sebagai embrio pembentukannya. Meskipun sempat
terhenti sejenak, namun generasi berikutnya mengulang kembali.
Ide tentang pembentukan Kabupaten juga telah santer dibicarakan oleh
penduduk Pasangkayu, baik di jalan-jalan, di pasar-pasar, di dekker-dekker, di
masjid-masjid, di pos kamling, di meja makan, di depan TV hingga di
kampus-kampus di dalam berbagai diskusi-diskusi ilmiah yang dilakukan oleh
mahasiswa.
Pertemuan akbar di pendopo kantor Desa Sarudu yang dihadiri perwakilan
dari beberapa desa yakni desa Bambalamotu, Pasangkayu, Karossa, dan sarudu
sebagai tuan rumah merupakan pertemuan yang menghasilkan lahirnya Komite Aksi
Pembentukan Kabupaten Pasangkayu yang dikenal dengan KAPKP. Sebagai penggagas
dalam pertemuan ini adalah Yaumil RM.
Dalam pertemuan tersebut tidak satupun yang hadir menolak gagasan
pembentukan kabupaten Pasangkayu. Sehingga dari pertemuan itu disepakati
beberapa orang formatur diantaranya : Ir. Agus Ambo Djiwa sebagai Ketua, Rahmat
K. Turusi, S.Sos sebagai Sekretaris dan beberapa anggota diantaranya ; M. Yunus
Alsam, A.Ma.Pd, Rahayu Andi Bayu, Drs. Darlis Yunus, Drs. Hamzah Thaebah, Andi
Arkam A. Pelang, Umar P, Ishak Ibrahim, SH. Drs Sahruddin, Suardi, Misbar, Drs.
Nyoman Suandi, Usman Muchsen, Nurdin.
Pada tahap selanjutnya, KAPKP semakin mempertinggi kantitas dan kualitas
pertemuan dengan mematangkan konsep dan perencanaan, untuk meyakinkan
masyarakat bahwa perjuangan ini akan sukses. Hal ini pula dilakukan dengan
pihak-pihak terkait ditingkat yang lebih tinggi. Khususnya pihak Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] Kabupaten Mamuju.
Seiring kian bergulirnya roda perjuangan pembentukan Kabupaten Mamuju
Utara, seolah tanpa mengenal lelah, Ir. Agus Ambo Djiwa kemudian berproses
lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi dengn menggunakan bendera KAPKP,
berbekal surat rekomendasi dari DPRD sekalipun Bupati Mamuju saat itu tidak
menyetujui pembentukan Kabupaten Mamuju Utara. Gerilyapun dilakukan oleh KAPKP
dalam mencari dukungan dan berjuang hingga ke Jakarta. Perjuanganpun tidak
sia-sia, Kabupaten Mamuju Utara kini menuju gerbang pemekarannya.
Tepat pada tanggal 4 juli 2002 Mamuju Utara ditetapkan oleh tim DPOD
sebagai sebuah kabupaten, sebagai pemekaran dari wilayah Kabupaten Mamuju.
Sejak hari itu pulalah, sebuah harapan baru terbentang luas dihadapan
masyarakat Mamuju Utara dan sekitarnya yang kini lebih dikenal dengan nama
Kabupaten Pasangkayu.
Buku Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya
Mamuju Utara, yang ditulis oleh Bustan
Basir Maras, telah memperkaya dan menambah pengetahuan akan sejarah sebuah
daerah. Dengan menggunakan bahasa penuturan yang cukup menarik untuk dibaca
karena sederhana dan mudah dicerna oleh berbagai kalangan.
Buku ini
menceritakan heroic perjuangan para tokoh pejuang pembentukan Kabupaten Mamuju
Utara. Bagaimana dinamika dan masalah dalam perjalanannya merupakan bumbu dan
menjadi suplemen tersendiri bagi tim KAPKP, hingga rintangan tidak menjadi akhir
dari perjuangan. Perjuangan sesungguhnya pada muara kesuksesan. Upaya yang
keras serta kebulatan tekad membangun sebuah daerah otonom menjadi bagian yang
terpenting bagi KAPKP.
Penulisan buku
ini pula diperkaya dengan bahasa local [daerah setempat] yang menjadi daya
tarik tersendiri bagi pembaca khususnya masyarakat lokal. Meskipun demikian,
setelah membaca buku Sejarah Perjuangan Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat,
didalamnya menceritakan penolakan pembentukan secara internal maupun eksternal dengan
jelas pada bagian kelima. Buku karya Bustan Basir Maras inipun akan lebih
bertambah menarik apabila penjelasan penolakan baik internal maupun eksternal
dijabarkan lebih mendetail, khususnya dukungan dari bupati Mamuju pada saat
itu.
Pengarang :
Bustan Basir Maras
Judul :
Tapak-tapak Perjuangan Berdirinya Mamuju Utara
Tempat Terbit :
Yogyakarta
Penerbit :
Annora Media Kerjasama dengan Kesbangpol Linmas Matra
Cetakan :
Ke-2
Tahun terbit :
2008
Jumlah halaman :
xxxiv + 383 Halaman